BAHAS – Untuk sarapan, mana yang lebih Anda khawatirkan: telur dadar atau sosis dan bacon yang menggiurkan di sampingnya? Penelitian ilmiah terbaru memberikan jawaban yang mungkin mengejutkan. Fokus selama ini ternyata keliru. Telur dan kolesterol, yang sering dikaitkan, tidak memiliki hubungan sebab-akibat seburuk yang dibayangkan.
Sebuah studi terkontrol yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition pada Juli lalu menyimpulkan bahwa lemak jenuh, bukan dietary cholesterol dalam telur, yang menjadi faktor utama peningkatan kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Bahkan, partisipan yang mengonsumsi dua butir telur setiap hari selama lima minggu justru menunjukkan perbaikan profil kolesterol mereka.
“Dalam konteks sarapan, yang perlu dikhawatirkan bukanlah telurnya, melainkan tambahan seperti sepotong bacon atau sosis yang lebih berdampak pada kesehatan jantung,” tegas Prof. Jon Buckley, PhD, penulis senior studi dari University of South Australia, seperti dikutip dalam siaran pers.
Mengakhiri Debat Panjang tentang Telur dan Kolesterol LDL
Polemik mengenai dampak konsumsi telur terhadap kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL)—sang “kolesterol jahat” pemicu risiko penyakit jantung dan stroke—telah berlangsung puluhan tahun. Kekhawatiran ini muncul karena kuning telur memang kaya akan kolesterol, mencapai sekitar 200 mg per butirnya.
Namun, temuan mutakhir consistently menunjukkan bahwa lemak jenuh dalam makanan adalah aktor utama di balik naiknya LDL. “Selama dua dekade terakhir, keyakinan kami semakin kuat bahwa lemak jenuh, jauh lebih dari sekadar kolesterol dietary, yang meningkatkan kadar LDL,” jelas Dr. Sean Heffron, Ahli Kardiologi Pencegahan dari NYU Langone Heart.
Studi ini dirancang untuk menguji teori tersebut secara rigor. Sebanyak 61 orang dewasa sehat dibagi menjadi tiga kelompok dengan pola makan berbeda yang dirotasi selama lima minggu:
- Diet Tinggi Lemak Jenuh & Kolesterol: Maksimal satu telur per minggu.
- Diet Rendah Lemak Jenuh & Tinggi Telur: Konsumsi dua telur per hari.
- Diet Tinggi Lemak Jenuh & Bebas Telur: Tidak mengonsumsi telur sama sekali.
Hasilnya jelas: Lemak jenuh berkorelasi dengan kenaikan LDL, sementara dietary cholesterol tidak. Yang menarik, kelompok pemakan telur justru mengalami penurunan LDL rata-rata 5.7 mg/dL dibandingkan kelompok kontrol.
“Kami agak terkejut bahwa efeknya begitu jelas. Ini menunjukkan bahwa peningkatan LDL disebabkan oleh lemak jenuh, bukan kolesterol dietary,” tambah Buckley. Perlu dicatat, studi ini mendapat pendanaan dari Egg Nutrition Center.
Lalu, Apa yang Sebenarnya Mempengaruhi Kolesterol Darah?
Pemahaman umum selama ini adalah makan kolesterol akan langsung menaikkan kolesterol darah. Faktanya, lebih kompleks dari itu. Kolesterol dietary (dari makanan) dan kolesterol darah adalah dua hal yang berbeda.
Sebagian besar kolesterol dalam darah diproduksi oleh hati, bukan berasal dari makanan. Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan memicu hati untuk memproduksi lebih banyak kolesterol secara keseluruhan dan mengurangi kemampuan tubuh untuk membersihkan LDL dari aliran darah.
Sementara itu, “Terdapat bukti bahwa ketika asupan kolesterol dietary meningkat, produksi kolesterol alami tubuh akan berkurang untuk mengompensasinya,” jelas Buckley. Artinya, tubuh memiliki mekanisme penyeimbang.
“Kolesterol dietary bukanlah penjahat seperti yang dulu dipersepsikan,” tandas Melissa Mroz-Planells, DCN, RDN, Juru Bicara Academy of Nutrition and Dietetics.
Kesimpulan dan Rekomendasi Praktis: Bolehkah Makan Telur?
Para ahli kini sepakat bahwa telur dapat menjadi bagian dari pola makan seimbang dan menyehatkan jantung. Bukti menunjukkan konsumsi hingga satu butir telur per hari aman bagi populasi umum.
Namun, bagi individu dengan kondisi kolesterol tinggi yang sudah ada, khususnya akibat faktor genetik seperti hiperkolesterolemia familial, pembatasan sekitar 4-5 butir per minggu mungkin masih disarankan. Pada kondisi dimana hati tidak dapat mengatur kolesterol dengan normal, dietary cholesterol dapat memiliki dampak yang lebih signifikan.
Bagi yang khawatir, mengonsumsi putih telur adalah alternatif yang excellent karena sebagian besar kolesterol dan lemak reside di kuning telur. Pesan utama yang harus digarisbawahi, menurut Buckley, adalah setiap orang harus membatasi asupan lemak jenuh (dianjurkan <13 gram/hari) untuk menjaga kesehatan jantung secara keseluruhan.
Jadi, nikmatilah telur Anda. Tapi, perhatikan lebih cermat pendampingnya. Kesehatan jantung Anda lebih ditentukan oleh pilihan holistic mengontrol lemak jenuh daripada takut terhadap sebutir telur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita BAHAS ID WhatsApp Channel Disini. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.