Jakarta – Harga emas dan bitcoin naik tajam dalam beberapa minggu terakhir, menandai momentum positif bagi investor di pasar global. Emas menembus rekor US$3.900 per ons troy (sekitar Rp65 juta), sementara bitcoin mencapai US$125.000 (sekitar Rp2 miliar) pada Minggu (5/10), sebelum mengalami sedikit koreksi.
Lonjakan ini menjadikan tahun 2025 sebagai periode keemasan bagi kedua aset tersebut. Harga emas telah meningkat lebih dari 50% sejak awal tahun, sementara bitcoin naik sekitar sepertiga meski sempat bergejolak pada pertengahan tahun.
Ketidakpastian Global Dorong Permintaan Aset Aman
Kenaikan harga emas dan bitcoin tidak lepas dari situasi ekonomi dan geopolitik dunia. Ketidakpastian global akibat kebijakan perdagangan Amerika Serikat, konflik di Ukraina dan Gaza, serta penutupan pemerintahan AS, mendorong investor mencari aset aman (safe haven).
“Pelemahan yen akibat pemilihan LDP Jepang membuat investor kehilangan satu lagi aset safe-haven, dan emas mampu memanfaatkannya,” kata Tim Waterer, Kepala Analis Pasar KCM Trade, kepada Reuters.
Selain itu, menurunnya nilai dolar AS turut memperkuat posisi emas sebagai alternatif investasi. Data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) mencatat rekor kepemilikan emas senilai US$73 miliar (Rp1.215 triliun) oleh dana lindung nilai (hedge fund).
ETF dan Bank Sentral Perkuat Reli Emas
Reli harga emas juga didorong oleh permintaan tinggi dari investor institusional dan bank-bank sentral dunia. Analis Deutsche Bank menyebutkan, peningkatan minat terhadap ETF berbasis emas (gold-backed exchange traded funds) menjadi faktor utama dalam lonjakan harga saat ini.
“Permintaan ETF yang kembali kuat menjadi penawar agresif bagi emas, bersamaan dengan pembelian dari bank sentral,” tulis Deutsche Bank dalam laporannya.
Sementara itu, World Gold Council (WGC) melaporkan bahwa 95% manajer cadangan global memperkirakan kepemilikan emas bank sentral akan meningkat dalam 12 bulan ke depan. Kondisi ini memperkuat prospek bahwa harga emas dapat menembus US$4.000 per ons troy dalam waktu dekat.
Bitcoin Naik Seiring Dukungan Pemerintahan Trump
Kenaikan bitcoin sebagian besar dipicu oleh terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS, yang dikenal sebagai pendukung kuat mata uang kripto. Dukungan politik ini meningkatkan kepercayaan investor dan memperluas partisipasi institusional di pasar kripto.
Menurut Geoffrey Kendrick, Kepala Riset Aset Digital Standard Chartered Bank, penutupan pemerintahan AS juga menjadi faktor penting.
“Bitcoin tahun ini diperdagangkan dengan risiko pemerintahan AS, yang terlihat dari hubungannya dengan US Treasury term premium,” tulisnya dalam laporan kepada investor.
Selain faktor politik, tren musiman Oktober turut memperkuat reli bitcoin. Berdasarkan catatan historis, bulan ini menjadi salah satu periode terbaik bagi bitcoin sejak 2013.
Prediksi: Reli Masih Berlanjut Hingga 2026
Sejumlah analis memperkirakan harga emas dan bitcoin akan terus menguat. HSBC menilai reli emas berpotensi berlanjut hingga 2026, didukung pembelian oleh bank sentral dan investor institusional.
“Permintaan emas untuk diversifikasi aset tetap kuat,” tulis bank yang berbasis di London itu.
Kendrick juga memprediksi bitcoin akan mencapai US$135.000 (sekitar Rp2,25 miliar) selama penutupan pemerintahan AS berlangsung. Dengan kebijakan pro-kripto dari pemerintahan Trump, prospek jangka menengah bitcoin dinilai masih cerah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita BAHAS ID WhatsApp Channel Disini. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.