BAHAS – Lebih dari setengah juta warga Palestina di Jalur Gaza kini hidup dalam kondisi kelaparan Gaza yang semakin parah. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut situasi ini sebagai kelaparan resmi pertama di Timur Tengah, sekaligus menandai tragedi kemanusiaan yang disebut sebagai “bencana buatan manusia” dan kegagalan moral dunia.
Krisis yang Meluas
Kelaparan Gaza telah menjebak seperempat populasi wilayah itu, terutama di Kota Gaza, lalu merambat ke selatan hingga Deir al-Balah dan Khan Younis. Kondisi di Gaza Utara bahkan digambarkan lebih buruk dan berbahaya.
Laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) mencatat hingga akhir September 2025, lebih dari 640.000 orang akan menghadapi kerawanan pangan paling ekstrem, sementara 1,14 juta lainnya berada dalam kondisi darurat.
“Ini adalah bencana buatan manusia, sebuah kecaman terhadap buruknya moral, dan kegagalan kemanusiaan itu sendiri,” Kata Sekjen PBB, Antonio Guterres dikutip dari Xinhua pada Jumat, 22 Agustus 2025.

Akses Pangan yang Terkunci
Laporan PBB juga menyebut hampir 98 persen lahan pertanian di Gaza rusak atau tidak bisa diakses. Akibatnya, puluhan ribu orang setiap hari mengantre berjam-jam demi tepung atau makanan kaleng, namun sebagian besar pulang dengan tangan kosong.
“Ini adalah kelaparan yang disengaja dan dibuat oleh Pemerintah Israel,” kata Philippe Lazzarini, Kepala UNRWA, menuding pembatasan suplai makanan dan kebutuhan dasar sebagai penyebab utama memburuknya krisis kelaparan Gaza.
Anak-Anak di Ambang Kehilangan Generasi
Malanutrisi akut kini melonjak drastis, dengan lebih dari 12.000 anak teridentifikasi menderita kondisi tersebut hanya pada Juli 2025. Bahkan, satu dari lima bayi lahir dalam keadaan prematur atau kekurangan berat badan. Di Rumah Sakit Al-Shifa, dokter melaporkan setiap hari puluhan anak masuk dengan malanutrisi parah, dehidrasi, hingga anemia.
“Kami kehilangan banyak anak karena kurangnya obat-obatan dan nutrisi khusus,” ungkap dr. Ahmed Yousef, dokter anak di Gaza City.
Dunia Ditantang Bertindak
Meski Israel membantah adanya kelaparan Gaza, laporan berbasis standar internasional menegaskan sebaliknya. Para analis menyebut deklarasi resmi kelaparan akan memberi tekanan besar pada komunitas internasional untuk memperluas pengiriman bantuan dan mendesak Israel mencabut pembatasan.
“Sebagai kekuatan pendudukan, Israel memiliki kewajiban tegas berdasarkan hukum internasional untuk menjamin pasokan makanan dan obat-obatan,” kata Guterres.
Jika gencatan senjata tidak segera diwujudkan, para pakar memperingatkan kelaparan Gaza akan terus meluas, menelan lebih banyak korban, terutama anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas. Pada akhirnya, tragedi ini bukan hanya menguji nilai kemanusiaan, tetapi juga menyingkap apakah dunia masih punya keberanian untuk menghentikan bencana buatan manusia ini.
Sumber: Xinhua
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita BAHAS ID WhatsApp Channel Disini. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.