BAHAS – Di tengah ketegangan geopolitik yang belum juga reda, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi sorotan setelah mengumumkan rencana pengiriman utusan khususnya, Steve Witkoff, ke Moskow.
Kunjungan ini direncanakan berlangsung pekan depan, bertepatan dengan tenggat waktu yang diberikan Trump kepada Kremlin untuk menunjukkan langkah nyata mengakhiri perang Ukraina—atau bersiap menghadapi gelombang sanksi baru dari Washington.
“Saya rasa minggu depan, Rabu atau Kamis,” ujar Trump saat berbicara kepada wartawan, seperti dikutip dari AFP pada Senin, 4 Agustus 2025.
Trump kirim utusan ke Rusia ini bukan tanpa alasan. Di tengah peringatan keras, Trump menegaskan bahwa Witkoff akan menyampaikan pesan yang jelas kepada Kremlin: hentikan perang, atau hadapi konsekuensinya.
Bahkan, Trump menyebut kemungkinan besar akan diterapkan “tarif sekunder” terhadap mitra dagang Rusia seperti China dan India, jika Moskow tidak menunjukkan itikad baik.
“Ya, dapatkan kesepakatan di mana orang-orang berhenti terbunuh,” tegas Trump saat ditanya apa misi utama Witkoff ke Rusia.
Langkah ini juga diambil di tengah kabar pengiriman dua kapal selam nuklir AS ke wilayah konflik. Walau tidak dijelaskan secara rinci apakah kapal tersebut bersenjata nuklir, sinyal militer yang dikirimkan Washington ini memperkuat tekanan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Hubungan antara Trump dan Putin sempat mencair pada masa jabatan pertama Trump, namun memburuk sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Meski begitu, Steve Witkoff diketahui beberapa kali melakukan kunjungan ke Moskow sebelum ketegangan kedua negara membeku.
Trump menyatakan bahwa jika Rusia tidak berubah arah, sanksi ekonomi lanjutan akan segera diberlakukan. Meski tak menjelaskan secara detil, ia menyebut bentuknya kemungkinan besar berupa tarif sekunder yang akan berdampak pada ekonomi global dan sekutu Rusia.
“Kita tidak bisa membiarkan ini terus berlanjut. Dunia butuh stabilitas, dan itu dimulai dari menghentikan perang ini,” ujar Trump tegas.
Dari pihak Rusia, Presiden Vladimir Putin kembali menyuarakan kesiapan untuk berdamai. Namun, Rusia tetap mengajukan syarat-syarat yang selama ini ditolak Ukraina: pengakuan empat wilayah Ukraina yang telah dianeksasi dan penghentian ambisi Kyiv untuk bergabung dengan NATO.
“Kami membutuhkan perdamaian yang langgeng dan stabil di atas fondasi yang kokoh,” ujar Putin. “Namun, syarat dari pihak Rusia tetap tidak berubah.”
Ukraina menyebut syarat itu tidak bisa diterima. Presiden Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa Kyiv tidak akan menyerahkan kedaulatan dan wilayahnya hanya demi kesepakatan damai jangka pendek.
Serangan ke Depot Minyak dan Isu Pertukaran Tahanan
Di tengah ketegangan diplomatik, Ukraina meluncurkan serangan drone terhadap depot minyak di Sochi pada Minggu. Serangan ini diyakini sebagai respons atas intensitas serangan Rusia yang terus meningkat dan menewaskan puluhan warga sipil.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menggagalkan 61 drone dalam semalam. Sementara di wilayah Kherson, satu orang dilaporkan tewas akibat serangan artileri Rusia.
Presiden Zelensky juga mengungkap bahwa negosiasi pertukaran tahanan kembali digelar. Sekitar 1.200 tentara Ukraina diharapkan segera kembali melalui kesepakatan yang dibahas di Istanbul pada Juli lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita BAHAS ID WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vb1lAUJ4inoodad1Ks3B. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.