Air Terkontaminasi Mikroplastik Jadi Bukti Manusia Telah Melakukan Pencemaran dengan Parah

Air Mikroplastik Pencemaran Parah
Ilustrasi laut indonesia. (Foto: Magnus Larsson/Getty Images/iStockphoto)ar

Bahas.id, Jakarta – Ilmuwan kampus ETH Zurich Swiss telah menghubungkan bagaimana air penuh mikroplastik disebabkan oleh pencemaran yang dilakukan manusia. Ilmuwan mengatakan bungkus plastik yang terombang-ambing di perairan dan melalui proses penguraian akan berubah menjadi mikroplastik yang mencemari air.

Denise Mitrano, Asisten Profesor Kimia Lingkungan Bahan Antropogenik di ETH Zurich, Swiss mengatakan mikroplastik atau potongan kecil plastik yang berukuran lebih kecil dari 5 milimeter kini ada di mana-mana.

Bacaan Lainnya

“Anda menemukan partikel mikroplastik di mana-mana, mulai dari danau pegunungan dan mata air hingga wilayah paling terpencil di lautan dunia,” katanya dikutip dari laman resmi ETH Zurich, Jumat (21/7/2023).

Dia telah mempelajari dari mana mikroplastik berasal, bagaimana mereka terurai di lingkungan dan apakah mereka menimbulkan risiko bagi organisme akuatik.

Untuk diketahui, polusi mikroplastik tidak hanya berasal dari sampah plastik yang dibuang, tetapi juga dari abrasi ban, tekstil, dan produk perawatan pribadi seperti shower gel dan pasta gigi yang menggunakan microbeads plastik sebagai agen pengelupasan atau penggosok.

Teliti Bahaya Mikroplastik bagi Manusia

Para peneliti saat ini sedang menyelidiki betapa berbahayanya mikroplastik bagi manusia, hewan, dan ekosistem yang lebih luas. Salah satu tantangan terbesar adalah menentukan berapa banyak mikroplastik yang ada di lingkungan.

Mitrano dan rekan-rekannya telah mengembangkan metode analitik baru yang melibatkan polimer yang telah ditambahkan logam. Plastik yang diperkuat logam ini digiling menjadi partikel dalam skala mikro dan bahkan nano, beberapa di antaranya berukuran jauh lebih kecil dari satu mikrometer.

Dengan menganalisis logam yang terkandung dalam partikel-partikel ini, peneliti dapat mengukur jumlah mikroplastik dalam sampel air, tanah, dan jaringan.

Hal ini memungkinkan mereka mempelajari pengangkutan dan nasib partikel mikroplastik saat melewati organisme dan terakumulasi di sana atau di lingkungan.

“Anda menemukan partikel mikroplastik di mana-mana, mulai dari danau pegunungan dan mata air hingga wilayah paling terpencil di lautan dunia,” ungkap Mitrano.

Pengaruh Mikroplastik Terhadap Ekosistem di Air

Dalam salah satu eksperimennya, Mitrano meneliti apakah nanoplastik membahayakan daphnia. Umumnya dikenal sebagai kutu air, krustasea kecil ini menyaring plankton dari air untuk makanannya. Dengan melakukan itu, mereka juga menelan partikel plastik.

Studinya menegaskan bahwa daphnia memang menelan nanoplastik tetapi kemudian mereka mengeluarkannya, tampaknya tidak terluka.

Tampaknya tidak ada dampak pada reproduksi atau pertumbuhan mereka. Hanya setelah beberapa generasi gangguan pada metabolisme energi mereka mulai terlihat.

Penelitian Mitrano juga menunjukkan bagaimana nanoplastik dapat melewati penghalang usus pada ikan dan berakhir di jaringan otot.

“Ini tidak menyebabkan ikan mati, jadi kemungkinan besar partikelnya tidak beracun secara akut,” kata Mitrano.

Dia menjelaskan bagaimana mikroplastik membentuk gumpalan dengan alga planktonik di air tawar dan air laut, mempercepat laju sedimentasi alga.

Ini hanyalah salah satu contoh bagaimana mikroplastik dapat memengaruhi seluruh siklus nutrisi suatu badan air dan menjadi efek polusi tidak langsung yang sering diremehkan.

“Penelitian mikroplastik hingga saat ini terutama berfokus pada efek langsung. Kami perlu memperluas penelitian kami untuk memasukkan evaluasi dampak negatif pada tingkat ekosistem dan menganalisis implikasi ekologisnya,” ujar Mitrano.

Selain itu, mikroplastik juga memiliki efek tidak langsung lainnya, seperti kecenderungannya untuk melepaskan zat beracun. Sebab, produsen memasukkan ratusan aditif ke dalam polimer untuk memberi mereka sifat yang diinginkan.

“Oleh karena itu, kita harus bertanya apa yang sebenarnya menyebabkan kerusakan: polimer itu sendiri, bentuk dan ukuran partikel mikroplastik, atau zat tambahan yang dikeluarkan oleh polimer,” tuturnya. (Detik) (red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *