Pj Waliota Langsa: Anak Stunting yang Tumbuh dalam Keluarga Perokok Aktif Hingga Lingkungan Kumuh

Wali Kota Langsa Anak Stunting
Penjabat Wali Kota Langsa Syaridin S.Pd., M.Pd membuka Diseminasi Audit Kasus Stunting (AKS) I Kota Langsa di Aula Cakra Donya, Rabu (13/09/2023). (Dok Humas Prokopim Langsa)

BAHAS.ID – Penjabat Wali Kota Langsa Syaridin S.Pd., M.Pd membuka Diseminasi Audit Kasus Stunting (AKS) I Kota Langsa di Aula Cakra Donya, Rabu (13/09/23).

Dalam pembukaan acara tersebut, ia mengatakan, stunting masih menjadi masalah prioritas nasional, prevalensi balita stunting Kota Langsa berdasarkan SSGI tahun 2022 adalah sebesar 22.1%.

Bacaan Lainnya

“Angka ini sudah turun dari tahun sebelumnya dimana prevalensi stunting Kota Langsa tahun 2021 sebesar 25,5%,” terangnya.

Pencapaian penurunan prevalensi stunting Kota Langsa, kata Syaridin, telah menjadi terbaik kedua se-Provinsi Aceh. Untuk Provinsi Aceh sendiri angka prevalensi stunting pada tahun 2022 masih sebesar. 31,2%, dan nasional sebesar 21,6%.

Selama empat tahun terakhir, di Kota Langsa telah dilakukan berbagai upaya percepatan penurunan stunting yang telah diarahkan untuk mencapai target prevalensi 14% pada tahun 2024. Lebih dari itu, upaya ini bukan semata tentang penurunan angka prevalensi, melainkan juga tentang peningkatan kualitas sumber daya manusia.

“Upaya kita saat ini akan menentukan mutu generasi penerus bangsa, yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan dan pembangunan Indonesia di masa depan. Oleh karena itu percepatan penurunan stunting harus dilaksanakan secara holistik, integratif dan berkualitas melalui koordinasi sinergi dan sinkronisasi dengan kementerian / lembaga, Pemerintah Provinsi Aceh, maupun Pemerintah Kota Langsa,” katanya.

Pemerintah Kota Langsa, katanya, telah melaksanakan audit kasus stunting dengan melibatkan tim teknis dan tim pakar, yang terdiri dari dokter spesialis anak, ahli gizi, dan dokter kandungan.

Berdasarkan hasil audit kasus stunting di Kota Langsa tercatat beberapa hal yang menjadi penyebab masih tingginya stunting di Kota Langsa.

“Beberapa hal seperti balita dan baduta tumbuh di dalam keluarga perokok aktif, sanitasi yang tidak layak, lingkungan rumah yang kumuh, serta pola makan yang belum dapat dikategorikan sebagai makanan sehat dan bergizi seimbang,” bebernya.

Maka, katanya, pada kegiatan diseminasi kali ini diharapkan seluruh faktor penyebab stunting dapat diidentifikasi dan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang akan dijalankan oleh pihak pihak terkait.

Dengan itu pula, Pemko Langsa berkomitmen untuk terus melakukan upaya percepatan penurunan stunting dengan kerjasama seluruh pihak, menjalin komunikasi dan koordinasi yang baik, mencari solusi terbaik apabila terdapat kendala, khususnya dalam melaksanakan rekomendasi hasil audit kasus stunting.

Sementara itu Kepala perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim menambahkan bahwa gambaran stunting di Aceh tidak lepas dari visinya Indonesia generasi emas dengan berdaulat adil dan makmur dengan target bagaimana untuk menghilangkan kelaparan sesuai dengan program yang ingin dicapai.

“Kita akan menuju bonus demografi 2045 tidak lepas bagaimana generasi-generasi unggul yang sekarang capaian target menjadi prioritas. Kunci Indonesia emas presiden memberi tanggung jawab kita semua keluarga muda yg berkualitas membangun keluarga merupakan pondasi kemajuan bangsa,” katanya. (red)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *